Sisipan Hati

Sabtu, 25 September 2010

AIRMATA RASULULLAH SAW...

...
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya

masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan

badan dan menutup pintu.


Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan

bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"

tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan

pandangan yang menggetarkan.


Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.


"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang

memisahkan pertemuan di dunia.

Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan

tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan

kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.


Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit

dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.


"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah

dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.

"Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, " kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh

kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi.

"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah

berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat

Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh

Rasulullah ditarik.


Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya

menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya

menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.


"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"

Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata

Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak

tertahankan lagi.


"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini

kepadaku, jangan pada umatku."

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera

mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"

"peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."


Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.

Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan

telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.


"Ummatii,ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mu lia yang memberi sinaran itu.

Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi


Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

 
Muhammadku Muhammadku dengarlah seruanku
Aku rindu aku rindu kepadamu Muhammadku
Kau yang mengaku cinta kepada nabimu
Kau yang mengaku merindukan nabimu
Jika kau benar-benar cinta dan rindu kepada Muhammad nabimu
Buktikan
Taati perintahNya, tinggalkan laranganNya
Teladani akhlaknya
Niscaya kelak kau akan berjumpa dengan Rasullallah
Niscaya kelak kau akan berkumpul dengan Rasullallah
(Haddad Alwi)