Sisipan Hati

Kamis, 29 Juli 2010

Sustainability

“Today should be better than yesterday, Tomorrow should be better than today. So, you will be a lucky ones”

            Indikator keberhasilan sebuah generasi tidak hanya terletak pada sisi bahwa generasi tersebut mampu memboomingkan sesuatu yang hebat dan bernilai pada masanya, tetapi juga karena generasi tersebut mampu mentransfer nilai-nilai kebaikan pada generasi di bawahnya, dan mampu menjadikan juniornya sama hebat seperti seniornya, atau bahkan lebih hebat. Jika junior atau generasi di bawah kita dan generasi-generasi selanjutnya menjadi orang-orang yang lebih baik dan mampu memberikan dampak yang luar biasa bagi lingkungannya, maka sesungguhnya itulah yang disebut kesuksesan berdakwah, dalam hal ini kaderisasi umat Islam.
 Saya jadi teringat dua buah cerita yang sangat berkaitan dengan sebuah kaderisasi, yaitu yang pertama pada zaman Khulafaurrasyidin dan yang kedua pada zaman Indonesia modern era kebangkitan sebuah partai dakwah yang berslogan keadilan. Cerita yang pertama yaitu sebuah cerita di zaman salah seorang shahabiyyah Rasulullah, Umar Ibn. Al-Khattab. Pada masa itu, terkenal seorang sahabat Rasulullah yang merupakan panglima di setiap perang-perang besar dan memenangkan umat Islam. Ia selalu di elu-elukan karena kehebatan dan keberaniannya dalam berperang. Dialah Khalid bin Walid. Sampai ketika pada sebuah peperangan besar kembali, tiba-tiba Umar mencopot jabatan panglimanya dan menggantikannya dengan orang yang umurnya lebih muda dan tidak seberpengalaman dirinya. Tapi apa reaksi Khalid ? Beliau begitu ikhlas dan tenang menerima keputusan tersebut. Karena apa? Karena ada hikmah dibalik keputusan Umar tersebut, yaitu yang pertama adalah karena Umar begitu sayang kepada Khalid dan tidak ingin Khalid menjadi sombong, atau menjadi dipuja oleh kaum muslimin. Dan hikmah yang kedua adalah, misalnya kita punya seseorang yang hebat seperti Khalid dan pada saat perang tersebut Allah menakdirkannya untuk syahid, tidak akan ada yang bisa menjadi Khalid yang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya, karena Khalid belum sempat meregenerasi ilmunya kepada orang lain secara sempurna sehingga Puff..! lost generation.. Ketika Umar memilih orang lain untuk menjadi panglima, inilah yang akan menjadi tugas Khalid selanjutnya, yaitu untuk mendidik pemuda itu supaya lebih hebat dan lebih luar biasa dari dirinya, dan tidak akan ada loss generation nantinya.  
Second cases, ketika pada masa lahirnya sebuah partai Islam berasakan dakwah di tengah krisis kepercayaan terhadap partai-partai Islam di Indonesia karena ketidakkonsistenannya dalam mengemban visi misinya, banyak pihak yang tidak menyukai bahkan mencoba menyingkirkan keberadaanya. Satu keinginan partai tersebut pada masa era reformasi, ingin menggagas sebuah nilai kebaikan dan persatuan partai-partai Islam di Indonesia dalam sebuah gerakan yang dinamakan poros tengah, menyamakan visi untuk membangun dan menyelamatkan Indonesia. Tapi tak ayal, partai-partai Islam lain dan beberapa pemuka-pemuka di dalamnya, yang notabene merupakan tokoh-tokoh orde baru dan golongan tua era reformasi, merasa tersaingi dan cenderung tidak mau diajak bersatu. Wajar dalam hidup ini, jika setiap orang memiliki kepentingan-kepentingan tertentu dalam kancah perpolitikan, sehingga tidak ada istilah kawan atau lawan abadi, yang ada hanyalah istilah kepentingan yang abadi, sehingga setiap orang mampu menghalalkan segala cara untuk menyukseskan tujuan kelompok maupun individu. Dalam hal ini yang menjadi titik tekan adalah, keegoisan mereka yang tidak ingin diajak bersatu karena takut merasa tersaingi dalam hal posisi, prestise, dan kedudukan di dalam kancah perpolitikan. Padahal mereka tidak sadar, Partai dakwah tersebut lahir dari rahim-rahim mereka sendiri, yang memiliki tujuan dan keinginan yang sama untuk menjadikan Indonesia menjadi lebih baik. Pemuda-pemuda yang hanya berusaha mengingatkan seniornya yang lebih tua supaya jalan yang kita usung bersama tetap lurus. Inilah salahnya, mereka tidak sadar, bahwa jika mereka membiarkan kaum muda itu maju dan sukses dengan mempersatukan semua partai Islam dan juga umat Islam, kaum tua itulah yang berarti sukses mendidik para pemuda partai dakwah itu. Disinilah titiknya, persepsi kesuksesan kaderisasi menjadi abu-abu dan berbeda bagi setiap orang (Ayu Arthuria).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar