Sisipan Hati

Sabtu, 20 November 2010

Trip to Lembah Angin



            Perlu konsentrasi penuh waktu itu untuk tetap memusatkan mataku pada penjelasan Bu Dyah, dosen mata kuliah kinetika kimiaku. Mengapa tidak ? Semua orang yang berada di ruangan itupun, aku yakin sedang tidak mendengarkan penjelasan beliau dengan seksama, mengantuk dan memikirkan apa yang semua sedang kami fikirkan waktu itu, liburan.  Meskipun rasa kantuk menghinggapiku saat itu akibat ketelatanku tidur semalam, aku tetap mencoba memahami pemaparan pengintegralan rumus orde reaksi yang begitu rumit. “Ada dua metode penyelesaian soal-soal yang berkaitan dengan orde reaksi ini, yang pertama kalian hanya sekadar memasukkan jenis orde reaksi berapa ke dalam rumus, tapi syaratnya kalian harus menghafal rumus dengan baik, sedangkan metode kedua yaitu dengan cara mengintegralkan rumusnya, yang ini begitu mudah dan simpel..kalian tidak perlu tergantung pada penghafalan rumusnya..” Itu adalah kata-kata terakhir Bu Dyah dalam kelas dan menyudahi hari itu dengan seruan senang seluruh mahasiswa Biokimia`07.
Humm.. Alhamdulillah, meski sulit, setidaknya Allah masih memberi kemudahan dalam menyimpan memori sehingga kata-kata terakhir beliau tidak pernah kulupakan sampai saat aku menulis cerita ini 20 hari kemudian. Sore itu tanggal 16 September 2009, aku seperti biasa menyelesaikan rutinitas harianku di kampus, dan setelahnya aku pulang ke kostan lalu merencanakan untuk merapihkan semua perlengkapanku untuk dibawa pulang ke Bekasi. 5 hari yang lalu, setelah kuakhiri percakapan dengan bapak, senyum sumringah selalu menghiasi wajahku kemanapun aku pergi. How come ? Bapak mengabari bahwa kami sekeluarga akan mudik ke Jawa Timur. Betapa senangnya waktu itu, setelah 5 tahun ketidakpulanganku ke desa, desa tempat tinggal kakek nenekku tercinta, tempat kelahiran bapak ibu dan cerita-cerita perjuangannya, dan juga desa tempatku mendapatkan inspirasi untuk bersiap membangun Indonesia. Desa yang selalu menyimpan kotak-kotak optimisme di setiap lumbung-lumbung mereka, desa yang menyimpan peluh-peluh harapan di setiap tarikan air di dalam sumur-sumur mereka dan desa ini..tempat semua sejarah kehidupan keluarga kami diukir. Hm..belum kesana saja, desir harmoninya sudah bisa kurasakan... Desa Pule di Lembah Angin.. Besok masih ada satu  kuliah terakhir metabolisme bersama dekan Fakultas FMIPA yang sangat menginspirasi dan memnyemangati kami. Dan sorenya aku berencana untuk pulang.
Keesokan harinya, setelah kuliah selesai, aku pulang ke kostan dan memastikan semua perlengkapan kepulanganku settled, tetapi sebelum pulang aku mendapat tugas untuk membuat tinjauan pustaka(Tinpus) untuk Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian(PKMP) yang sedang kutekuni bersama kakak kelasku. Aku sangat excited dengan tema PKMPnya, karena berhubungan dengan bioremediasi limbah oleh bakteri. Setelah pembuatan tinpus selesai, draftnya kukirimkan via email ke kakak kelas, dan aku bersegera pulang. Sampai di kostan, aku beristirahat sebentar, dan setelah shalat ashar akupun berangkat pulang ke rumah. Karena jalanan sangat macet, akupun baru sampai kota Bekasi kurang lebih jam setengah 9 malam, makan sebentar di tukang sate dekat terminal karena begitu lapar dan akhirnya pulang naik elf.  Sesampainya di rumah, senang rasanya bisa merasakan pelukan ibu yang begitu hangat dan menenangkan, melihat tingkah polah adikku yang sudah semakin besar, dan tepukan jagoan dari bapak yang selalu menyemangatiku.
Ibu bapakku memang orang yang sangat perfeksionis, begitu aku pulang, barang-barang untuk keberangkatan kami saja sudah siap, tinggal yang tersisa hal-hal printil saja. Tadinya kami akan berangkat malam itu, tetapi ditunda karena pekerjaan bapak di kantor belum rampung. Akhirnya, telah diputuskan oleh ibu dan bapak, kami berangkat tanggal 18 September 2009. Setelah paginya belanja untuk kebutuhan pangan selama perjalanan, aku dan ibu menyiapkan masakan yang akan kami makan nanti malamnya pada saat sahur. Tepat jam 00.00, kami sudah siap untuk berangkat ke Jawa timur. Dan di malam yang dingin itu, di jalan yang sepi itu, tidak sedikitpun semangat kami surut buat mudik..(Ya iyalah..) “Horeeee..!” Aku dan Donipun (red;Doni=Adikku) bersorak kesenangan..”kita pulang kampuuungg..!!”. Perjalanan yang menegangkanpun dimulai(Lebay..), bapak memilih menggunakan jalur PANTURA(Pantai Utara) untuk pulang, karena beliau lebih familiar akan rutenya.   
……….(To Be Continued)

3 komentar:

  1. wahaghag...seru nih, bikin novel yu..

    BalasHapus
  2. wong belum selesai nep..suka gtu deh..suka mood2an..
    emg g bisa nulis..

    BalasHapus
  3. Waw.. what a coincidence.. tahukah ayu, wilayah yg berada diantara Lubuksikaping dan Bonjol dikenal dgn nama Lurah Barangin.. bahasa pasaman yg artinya Lembah Angin! :-)

    BalasHapus